Ini cerita tentang
Michael dan Stefhani. Michael adalah anak lelaki yg masih kelas 6 SD. Dia
memiliki seorang kakak berumur 13 tahun yg bernama Stefhani. Sekarang dia duduk
di kelas 3 smp. Michael adalah anak yg tidak terlalu rajin belajar dan suka bermain-main.
Sedangkan kakaknya Stefhani cukup rajin belajar dan selalu mengerjakan pr
sekolahnya. Sangat berbeda, bukan?
Gini nih ceritanya.
Gini nih ceritanya.
Orang tua Michael
sangat menyayangi Michael. Tapi tidak dengan kakak nya Fani. Michael selalu
mendapatkan apa yg dia mau. Dia seperti anak satu satunya dalam keluarga ini.
Setiap hari ibu selalu menemani nya belajar dan mengerjakan pr. Ibu juga selalu
bertanya bagaimana sekolah adek hari ini? Udah makan atau belum? Ada pr atau
nggak? Pokoknya pertanyaan seperti itu lah. Ibu sangat perhatian dengan Michael.
Di rumah, Michael tidak pernah ngapa ngapain kecuali bermain game di notebook
nya. Dia tidak pernah dimarahi oleh ibu ataupun ayah. Baru baru ini, ibu dan
ayah membelikan nya sebuah gadget terbaru. Betapa beruntungnya dia. Setiap
pergi kemana mana, ibu dan ayah selalu mengajak Michael, tetapi jarang mengajak
Fani. Fani selalu disuruh menjaga rumah saja. Betapa enaknya hidup Michael di
rumah ini. Dan ini membuat Michael menjadi anak yg menjengkelkan sekaligus adik
yg menyebalkan bagi Fani, selain itu dia juga keras kepala dan tak pernah mau
untuk disuruh suruh. Ini membuat Fani geram sekaligus iri sama Michael.
Nah, bagaimana dengan Fani? Yuk kita bahas tentang Fani sekarang.
Nah, bagaimana dengan Fani? Yuk kita bahas tentang Fani sekarang.
Fani berkata
sambil setengah berteriak, “Kenapa aku
harus begini? Kenapa aku nggak kayak Michael? Kenapa
ibu dan ayah seperti menganggap Michael adalah
anak satu satunya? Sedangkan aku? Aku tidak seperti siapa siapa di rumah ini!”
begitulah ungkapan Fani sambil
menangis di dalam kamarnya.
Bagaimana tidak? Fani selalu berusaha yg terbaik buat orang tua nya.
Dia rajin belajar, mengerjakan pr dan selalu memperoleh juara 1. Tapi apa? ibu
dan ayah seakan – akan tidak perduli. Sewaktu pembagian raport, Fani menunjukkan raport nya dan berkata dengan bahagianya
“buk, ayah. Fani dapat
juara 1 loh J”. Tanpa melihat raport
nya terlebih dahulu, ibu pun langsung berkata, “oh, baguslah” dengan tatapan
muka datar. Lalu datang Michael dengan
lesunya dan berkata, “buk, yah. Adek ranking 12 L”. Ibu
lalu berkata, “Wah, udah bagus itu nak, masih banyak lagi yg rankingnya di
bawah adek. Ya kan? Lain kali ditingkatkan lagi ya prestasinya J”. Ibu tersenyum dan membelai rambut Michael. Ayah pun berkata untuk menghibur Michael, “nah, sekarang kan udah bagi raport. Adek
mau kemana?”. “Jalan – jalan yah” jawab Michael dengan
cerianya. Ibu dan ayah langsung menyetujui dan mengajak Michael jalan – jalan.
“Sedangkan aku? aku yg mendapat juara 1 dan
nilai ku di sekolah cukup baik tapi kenapa aku yg diabaikan? Ibu dan ayah
seperti tidak menganggapku di rumah ini!”, ujar Fani sambil menahan air matanya. “Aku tak mengerti
entah apa yg mereka inginkan dariku, AKU TAK MENGERTI! “. Air mata Fani tak terbendung lagi dan mengalir sangat deras. Ia
mendapati dirinya yg berada dalam kesendirian di rumah ini karena sudah ditinggal
pergi ibu, ayah, dan Michael
jalan-jalan sejak tadi. Dan itu semakin membuat perasaanya campur aduk. Entah
apa yg harus dilakukannya.
Fani jarang diperhatikan oleh ibunya. Ibunya bahkan
tidak pernah bertanya bagaimana sekolahmu hari ini? Lagi dimana sekarang?
Kenapa lama pulang? Atau pertanyaan yg lainnya. Apa saja yg terjadi dengan Fani disekolah, hanya dia yg mengetahuinya. Fani selalu pulang jam 6 sore hampir setiap
harinya. Walaupun itu ada kegiatan atau tidak. Fani tidak perduli. Itu bukan karena dia anak berandal
atau apa, tapi itu karena dia males pulang ke rumah karena buat apa dia pulang
kalau tidak ada yg memperdulikan nya?
Fani sangat iri dengan teman temanya yg memiliki ibu
yg luar biasa baiknya dan perhatian. Meskipun begitu, ia tetap menjalankan
kewajibannya sebagai seorang anak yaitu membantu orang tua. Di rumah, ia selalu
membantu ibunya mencuci baju, piring, menyapu, bahkan menggosok seragam
sekolahnya dan adiknya Michael.
Meskipun ibu tidak pernah memujinya sebagai anak yg rajin atau anak yg baik
tetapi dia tetap melaksanakan kewajibannya.
Satu – satunya
tempat yg sangat indah bagi Fani adalah
sekolah dan teman temannya. Karena disanalah ia bisa bercanda, tertawa dan
melepaskan beban masalahnya selama ini. Satu lagi tempat yg sangat sangat
istimewa bagi Fani adalah
pramuka. Ya, di pramuka inilah dia bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga
melebihi keluarganya sendiri. Di sini dia mendapatkan teman dan sahabat yg
sangat tulus menyayanginya dengan apa adanya. Itulah mengapa Fani selalu bersemangat setiap latihan pramuka dan
tidak ingin bolos satu hari pun. Pramuka merupakan rumah kedua bagi Fani setelah rumahnya sendiri.
Di rumah, Fani selalu merasa hampa seperti seorang yg sendiri
tanpa ada seorang pun yg menemani, walaupun di rumah ada Michael, ayah dan ibu. Fani tau bahwa ibu dan ayah menyayanginya tetapi ia
tidak pernah merasakan itu, sama sekali tidak pernah.
Pernah suatu malam, Fani merenung di dalam kamarnya dan berkata sambil menangis, “kenapa aku harus begini? Kenapa aku tidak seperti teman temanku yg lain?” “aku merasa sendiri, aku merasa seperti tidak ada di rumah ini. Kenapa harus Michael? KENAPA?! Kenapa selalu dia yg mendapatkan segalanya, bahkan kasih sayang ibu dan ayah!”. Air mata Fani mengalir semakin deras, ia tidak mengerti dengan hidupnya sekarang. Kenapa harus seperti ini?. Fani mengusap air matanya, lalu segera mengambil air wudhu dan segera sholat isya untuk menenangkan pikirannya.
Pernah suatu malam, Fani merenung di dalam kamarnya dan berkata sambil menangis, “kenapa aku harus begini? Kenapa aku tidak seperti teman temanku yg lain?” “aku merasa sendiri, aku merasa seperti tidak ada di rumah ini. Kenapa harus Michael? KENAPA?! Kenapa selalu dia yg mendapatkan segalanya, bahkan kasih sayang ibu dan ayah!”. Air mata Fani mengalir semakin deras, ia tidak mengerti dengan hidupnya sekarang. Kenapa harus seperti ini?. Fani mengusap air matanya, lalu segera mengambil air wudhu dan segera sholat isya untuk menenangkan pikirannya.
Memang, selama ini
teman-teman menilai Fani sebagai
anak yg ceria dan periang. Selain itu dia juga pintar. Tetapi, mereka mungkin
tidak mengetahui bahwa jauh di dalam lubuk hati Fani menyimpan setumpuk masalah yg berusaha ia tutupi
dari teman temannya. Ia melakukan ini karena ia tidak mau membuat
teman-temannya ikut sedih dengan masalah-masalahnya.
Suatu hari, Fani sangat geram melihat adiknya. Ntah bagaimana lagi
perasaan Fani
sekarang, semua bercampur menjadi satu. Di rumah, setiap mengerjakan pr atau
belajar, ibu selalu menemani Michael.
Sementara Fani? Hanya
mengerjakan pr sendirian di kamarnya tanpa ditemani ibu. Bahkan ibu pun tidak
pernah melihatnya. Fani sadar,
sekarang dia sudah kelas 3 smp, jadi tidak perlu ditemani ibu kalau belajar
ataupun mengerjakan pr. Kalau sebatas itu okelah, Fani memaklumi nya. Tapi, ibunya menganggap Fani sebagai
anak yg “PEMALAS” karena tidak pernah mengerjakan pr ataupun belajar. Ia sudah
menjelaskan nya tapi ibu tidak percaya. Ia tidak tau lagi apa yg harus
dilakukannya, ingin rasanya ia teriak sekencang-kencangnya melampiaskan
kekesalannya.
Fani ingin rasanya pergi dari rumah tetapi ia tidak mau di cap sebagai anak durhaka. Ia mencoba bertahan dengan keadaan yg seperti ini sampai kedua orang tua nya sadar.
Fani ingin rasanya pergi dari rumah tetapi ia tidak mau di cap sebagai anak durhaka. Ia mencoba bertahan dengan keadaan yg seperti ini sampai kedua orang tua nya sadar.
Tiba tiba saja ada
yang menepuk pundaknya dari belakang.
“kak, dipanggil ayah
sama ibu ke ruang keluarga”, kata Michael yg sekaligus
mengejutkan Fani.
“Ada apa rupanya?” Tanya Fani.
To be continued :D Penasaran ya? Hahaha. Tenang, ntar ada lagi
kok part 2 nya J
See you in my 2nd story guys! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar