Kamis, 15 November 2012

My Life Part 1



      Ini cerita tentang Michael dan Stefhani. Michael adalah anak lelaki yg masih kelas 6 SD. Dia memiliki seorang kakak berumur 13 tahun yg bernama Stefhani. Sekarang dia duduk di kelas 3 smp. Michael adalah anak yg tidak terlalu rajin belajar dan suka bermain-main. Sedangkan kakaknya Stefhani cukup rajin belajar dan selalu mengerjakan pr sekolahnya. Sangat berbeda, bukan?
     Gini nih ceritanya.
     Orang tua Michael sangat menyayangi Michael. Tapi tidak dengan kakak nya Fani. Michael selalu mendapatkan apa yg dia mau. Dia seperti anak satu satunya dalam keluarga ini. Setiap hari ibu selalu menemani nya belajar dan mengerjakan pr. Ibu juga selalu bertanya bagaimana sekolah adek hari ini? Udah makan atau belum? Ada pr atau nggak? Pokoknya pertanyaan seperti itu lah. Ibu sangat perhatian dengan Michael. Di rumah, Michael tidak pernah ngapa ngapain kecuali bermain game di notebook nya. Dia tidak pernah dimarahi oleh ibu ataupun ayah. Baru baru ini, ibu dan ayah membelikan nya sebuah gadget terbaru. Betapa beruntungnya dia. Setiap pergi kemana mana, ibu dan ayah selalu mengajak Michael, tetapi jarang mengajak Fani. Fani selalu disuruh menjaga rumah saja. Betapa enaknya hidup Michael di rumah ini. Dan ini membuat Michael menjadi anak yg menjengkelkan sekaligus adik yg menyebalkan bagi Fani, selain itu dia juga keras kepala dan tak pernah mau untuk disuruh suruh. Ini membuat Fani geram sekaligus iri sama Michael.
     Nah, bagaimana dengan
Fani? Yuk kita bahas tentang Fani sekarang.
     Fani berkata sambil setengah berteriak, “Kenapa aku harus begini? Kenapa aku nggak kayak Michael? Kenapa ibu dan ayah seperti menganggap Michael adalah anak satu satunya? Sedangkan aku? Aku tidak seperti siapa siapa di rumah ini!” begitulah ungkapan Fani sambil menangis di dalam kamarnya.
     Bagaimana tidak? Fani selalu berusaha yg terbaik buat orang tua nya. Dia rajin belajar, mengerjakan pr dan selalu memperoleh juara 1. Tapi apa? ibu dan ayah seakan – akan tidak perduli. Sewaktu pembagian raport, Fani menunjukkan raport nya dan berkata dengan bahagianya “buk, ayah. Fani dapat juara 1 loh J”. Tanpa melihat raport nya terlebih dahulu, ibu pun langsung berkata, “oh, baguslah” dengan tatapan muka datar. Lalu datang Michael dengan lesunya dan berkata, “buk, yah. Adek ranking 12 L”. Ibu lalu berkata, “Wah, udah bagus itu nak, masih banyak lagi yg rankingnya di bawah adek. Ya kan? Lain kali ditingkatkan lagi ya prestasinya J”. Ibu tersenyum dan membelai rambut Michael. Ayah pun berkata untuk menghibur Michael, “nah, sekarang kan udah bagi raport. Adek mau kemana?”. “Jalan – jalan yah” jawab Michael dengan cerianya. Ibu dan ayah langsung menyetujui dan mengajak Michael jalan – jalan.
      “Sedangkan aku? aku yg mendapat juara 1 dan nilai ku di sekolah cukup baik tapi kenapa aku yg diabaikan? Ibu dan ayah seperti tidak menganggapku di rumah ini!”, ujar Fani sambil menahan air matanya. “Aku tak mengerti entah apa yg mereka inginkan dariku, AKU TAK MENGERTI! “. Air mata Fani tak terbendung lagi dan mengalir sangat deras. Ia mendapati dirinya yg berada dalam kesendirian di rumah ini karena sudah ditinggal pergi ibu, ayah, dan Michael jalan-jalan sejak tadi. Dan itu semakin membuat perasaanya campur aduk. Entah apa yg harus dilakukannya.
    Fani jarang diperhatikan oleh ibunya. Ibunya bahkan tidak pernah bertanya bagaimana sekolahmu hari ini? Lagi dimana sekarang? Kenapa lama pulang? Atau pertanyaan yg lainnya. Apa saja yg terjadi dengan Fani disekolah, hanya dia yg mengetahuinya. Fani selalu pulang jam 6 sore hampir setiap harinya. Walaupun itu ada kegiatan atau tidak. Fani tidak perduli. Itu bukan karena dia anak berandal atau apa, tapi itu karena dia males pulang ke rumah karena buat apa dia pulang kalau tidak ada yg memperdulikan nya?
     Fani sangat iri dengan teman temanya yg memiliki ibu yg luar biasa baiknya dan perhatian. Meskipun begitu, ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang anak yaitu membantu orang tua. Di rumah, ia selalu membantu ibunya mencuci baju, piring, menyapu, bahkan menggosok seragam sekolahnya dan adiknya Michael. Meskipun ibu tidak pernah memujinya sebagai anak yg rajin atau anak yg baik tetapi dia tetap melaksanakan kewajibannya.
     Satu – satunya tempat yg sangat indah bagi Fani adalah sekolah dan teman temannya. Karena disanalah ia bisa bercanda, tertawa dan melepaskan beban masalahnya selama ini. Satu lagi tempat yg sangat sangat istimewa bagi Fani adalah pramuka. Ya, di pramuka inilah dia bisa merasakan kehangatan sebuah keluarga melebihi keluarganya sendiri. Di sini dia mendapatkan teman dan sahabat yg sangat tulus menyayanginya dengan apa adanya. Itulah mengapa Fani selalu bersemangat setiap latihan pramuka dan tidak ingin bolos satu hari pun. Pramuka merupakan rumah kedua bagi Fani setelah rumahnya sendiri.
     Di rumah, Fani selalu merasa hampa seperti seorang yg sendiri tanpa ada seorang pun yg menemani, walaupun di rumah ada Michael, ayah dan ibu. Fani tau bahwa ibu dan ayah menyayanginya tetapi ia tidak pernah merasakan itu, sama sekali tidak pernah.
     Pernah suatu malam, F
ani merenung di dalam kamarnya dan berkata sambil menangis, “kenapa aku harus begini? Kenapa aku tidak seperti teman temanku yg lain?” “aku merasa sendiri, aku merasa seperti tidak ada di rumah ini. Kenapa harus Michael? KENAPA?! Kenapa selalu dia yg mendapatkan segalanya, bahkan kasih sayang ibu dan ayah!”. Air mata Fani mengalir semakin deras, ia tidak mengerti dengan hidupnya sekarang. Kenapa harus seperti ini?. Fani mengusap air matanya, lalu segera mengambil air wudhu dan segera sholat isya untuk menenangkan pikirannya.
     Memang, selama ini teman-teman menilai Fani sebagai anak yg ceria dan periang. Selain itu dia juga pintar. Tetapi, mereka mungkin tidak mengetahui bahwa jauh di dalam lubuk hati Fani menyimpan setumpuk masalah yg berusaha ia tutupi dari teman temannya. Ia melakukan ini karena ia tidak mau membuat teman-temannya ikut sedih dengan masalah-masalahnya.
    Suatu hari, Fani sangat geram melihat adiknya. Ntah bagaimana lagi perasaan Fani sekarang, semua bercampur menjadi satu. Di rumah, setiap mengerjakan pr atau belajar, ibu selalu menemani Michael. Sementara Fani? Hanya mengerjakan pr sendirian di kamarnya tanpa ditemani ibu. Bahkan ibu pun tidak pernah melihatnya. Fani sadar, sekarang dia sudah kelas 3 smp, jadi tidak perlu ditemani ibu kalau belajar ataupun mengerjakan pr. Kalau sebatas itu okelah, Fani memaklumi nya. Tapi, ibunya menganggap Fani sebagai anak yg “PEMALAS” karena tidak pernah mengerjakan pr ataupun belajar. Ia sudah menjelaskan nya tapi ibu tidak percaya. Ia tidak tau lagi apa yg harus dilakukannya, ingin rasanya ia teriak sekencang-kencangnya melampiaskan kekesalannya.
     F
ani ingin rasanya pergi dari rumah tetapi ia tidak mau di cap sebagai anak durhaka. Ia mencoba bertahan dengan keadaan yg seperti ini sampai kedua orang tua nya sadar.
     Tiba tiba saja ada yang menepuk pundaknya dari belakang.
 “kak, dipanggil ayah sama ibu ke ruang keluarga”, kata Michael yg sekaligus mengejutkan Fani.
“Ada apa rupanya?” Tanya Fani.

To be continued :D Penasaran ya? Hahaha. Tenang, ntar ada lagi kok part 2 nya J
See you in my 2nd  story guys! :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar